Minggu, 24 November 2019

makalah obesitas


MAKALAH
“OBESITAS”




OLEH


DISUSUN OLEH :
Kelompok VII                        : MOCKTAR  LA MAMIN  ( 513 19 011 017 )
             NUR LAILA  ( 515 19 011 241 )
              SRI AYUNINGSIH  ( 513 19 011 121 )
 


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2019     

A.    ETIOLOGI OBESITAS
Penyebab obesitas sangatlah komleks, meskipun gen berperan penting dalam menentukan asupan makanan dan memetabolisme energy, gaya hidup dan factor lingkungan dapat berperan dominan pada banyak orang dengan obesitas. Diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetic dan factor lingkungan , antara lain aktifitas, gaya hidup, social ekonomi dan nutrisional (guyton, 2007)
a.       Genetik 
Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetik yang pasti untuk menimbulkanobesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya memiliki kebiasaan makandan pola aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti terkini menunjukkan bahwa 20-25% kasusobesitas dapat disebabkan faktor genetik. Gen dapat berperan dalam obesitas denganmenyebabkan kelainan satu atau lebih jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energiserta penyimpanan lemak. Penyebab monogenik (gen tunggal) dari obesitas adalah mutasi MCR-4, yaitu penyebab monogenik tersering untuk obesitas yang ditemukan sejauh ini, defisiensileptin kongenital, yang diakibatkan mutasi gen, yang sangat jarang dijumpai dan mutasi reseptorleptin, yang juga jarang ditemui.
Semua bentuk penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah kecil persentase dariseluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya berinterakasi dengan faktor lingkunganuntuk mempengaruhi jumlah dan distribusi lemak (Guyton, 2007).
b.      Aktivitas fisik
Gaya hidup tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi masa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada orang obisitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan. (Guyton.,2007)
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh. Pengeluaranenergi tergantung dari dua faktor: 1) tingkat aktivitas dan olahraga secara umum; 2) angkametabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua factor tersebut metabolism basal memiliki tanggung jawab duapertiga dari pengeluaran energy orang normal. Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga pengeluaran energy seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolism basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunan metabolism basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolism basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan    juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolisme normal (Guyton, 2007).
c.       Perilaku makan
Factor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena lingkungan dan social. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas dinegara maju, sebeb lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas. Hal ini disebabkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertamakehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti. (Guyton, 2007)


d.      Neurogenik 
Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus dapat menyebabkanseekor binatang makan secara berlebihan dan menjadi obesitas. Orang dengan tumor hipofisisyang menginvasi hipotalamus seringkali mengalami obesitas yang progresif. Hal ini memperlihatkan bahwa, obesitas pada manusia juga dapat timbul akibat kerusakan padahipotalamus.
Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus latera (HL) yang menggerakan nafsu makan (awal atau pusat makan) dan hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas menintangi nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang). Dan hasil penilitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM, maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan. Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan obesitas serta terjadi perubahan yang nyata pada neurotransmitter di hepotalamus berupa peningkatan oreksigenik seperti NPY dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik seperti laptin dan α- MSH pada hewan obesitas yang dibatasi makanannya (Guyton,2007)
e.       Hormonal
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin adalah sitokinyang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang bekerja melalui aktivasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan penurunan jumlah makanan yangdikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui berhubungan langsung dalam penyimpanan dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol adalah glukokortikoid yang bekerja dalam mobilisasi asamlemak yang tersimpan pada trigliserida, hepatic glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn etal, 2005).
f.       Dampak penyakit lain
Factor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism, cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma dengan gangguan lain pada hipotalamus. Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik oleh endokrin dan komponen neural. Berdasarkan anggapan itu maka sedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan (Flieretal,2005).
B.     PATOFISIOLOGI OBESITAS
Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kaloridari tubuh serta penurunan aktifitas fisik (sedentary life style) yang menyebabkan penumpukan lemak di sejumlah bagian tubuh (Rosen,2008). Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrilan nafsu makan dan tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral (neorohumoral) yang dipengaruhi oleh genetic nutrisi lingkungan dan sinyal psikologis. Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian raa lapar dan kenyang mempengaruhi laju pengeluaran energy dan regulasi sekresi hormone. Proses dalam pengaturan penyimpanan energy ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferan (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal eferen dari perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot).
Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolic (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolic (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energy) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktordistensi lambung dan peptide gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormone leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energy (Sherwood, 2012).
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Kemudian, leptin merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptida Y (NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dariasupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center dihipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderitaobesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan (Jeffrey, 2009).
C.    PENATALAKSANAAN
a.       Merubah gaya hidup
Diawali dengan merubah kebiasaan makan. Mengendalikan kebiasaan ngemil dan makan bukan karena lapar tetapi karena ingin menikmati makanan dan meningkatkan aktifitas fisik padakegiatan sehari-hari. Meluangkan waktu berolahraga secara teratur sehingga pengeluaran kaloriakan meningkat dan jaringan lemak akan dioksidasi (Sugondo,2008).
b.      Terapi Diet
Mengatur asupan makanan agar tidak mengkonsumsi makanan dengan jumlah kalori yang berlebih, dapat dilakukan dengan diet yang terprogram secara benar. Diet rendah kalori dapat dilakukan dengan mengurangi nasi dan makanan berlemak, serta mengkonsumsi makanan yang cukup memberikan rasa kenyang tetapi tidak menggemukkan karena jumlah kalori sedikit, misalnya dengan menu yang mengandung serat tinggi seperti sayur dan buah yang tidak terlalu manis (Sugondo,2008).
c.       Aktifitas Fisik 
Peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen penting dari program penurunan berat badan, walaupun aktifitas fisik tidak menyebabkan penurunan berat badan lebih banyak dalam jangka waktu enam bulan.  Untuk penderita obesitas, terapi harus dimulaisecara perlahan, dan intensitas  sebaiknya ditingkatkan secara bertahap. Penderita obesitas dapat memulai aktifitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 5 kaliseminggu (Sugondo, 2008).
d.      Terapi perilaku
Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya diperlukan suatu strategi untuk mengatasi hambatan yaBng muncul pada saat terapi diet dan aktifitas fisik. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan danaktifitas fisik, manajemen stress, stimulus control, pemecahan masalah, contigency management, cognitive restructuring dan dukungan sosial (Sugondo,2008).
e.       Farmakoterapi
Farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam program manajemen berat badan. Sirbutramine dan orlistat merupakan obat-obatan penurun berat badan yang telah disetujui untuk penggunaan jangka panjang. Sirbutramine ditambah diet rendah kalori dan aktifitas fisikefektif menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Orlistat menghambat absorpsi lemak sebanyak 30 persen. Dengan pemberian orlistat, dibutuhkan penggantian vitamin larut lemak karena terjadi malabsorpsi parsial (sugondo,2008)





DAFTAR PUSTAKA

Ayu, R., & Sartika, D. (2011). FAKTOR RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-15 TAHUN DIINDONESIA, 15(1), 37 – 43.
Hariyanto, D., Madiyono, B., Sjarif, D. R., & Sastroasmoro, S. (2009). Hubungan Ketebalan TunikaIntima Media Arteri Carotis dengan Obesitas pada Remaja, 11 (3).