MAKALAH
“OBESITAS”
OLEH
DISUSUN
OLEH :
Kelompok VII :
MOCKTAR LA MAMIN ( 513 19 011 017 )
NUR LAILA ( 515 19 011 241 )
SRI
AYUNINGSIH ( 513 19 011 121 )
PROGRAM
STUDI FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
PANCASAKTI
MAKASSAR
2019
A. ETIOLOGI OBESITAS
Penyebab
obesitas sangatlah komleks, meskipun gen berperan penting dalam menentukan
asupan makanan dan memetabolisme energy, gaya hidup dan factor lingkungan dapat
berperan dominan pada banyak orang dengan obesitas. Diduga bahwa sebagian besar
obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetic dan factor
lingkungan , antara lain aktifitas, gaya hidup, social ekonomi dan nutrisional
(guyton, 2007)
a.
Genetik
Obesitas
jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetik yang pasti untuk
menimbulkanobesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya
memiliki kebiasaan makandan pola aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti
terkini menunjukkan bahwa 20-25% kasusobesitas dapat disebabkan faktor genetik.
Gen dapat berperan dalam obesitas denganmenyebabkan kelainan satu atau lebih
jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energiserta penyimpanan lemak.
Penyebab monogenik (gen tunggal) dari obesitas adalah mutasi MCR-4, yaitu
penyebab monogenik tersering untuk obesitas yang ditemukan sejauh ini,
defisiensileptin kongenital, yang diakibatkan mutasi gen, yang sangat jarang
dijumpai dan mutasi reseptorleptin, yang juga jarang ditemui.
Semua
bentuk penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah kecil persentase
dariseluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya berinterakasi dengan
faktor lingkunganuntuk mempengaruhi jumlah dan distribusi lemak (Guyton, 2007).
b.
Aktivitas fisik
Gaya
hidup tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini didasari
oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa
otot dan mengurangi masa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak
adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas.
Oleh karena itu pada orang obisitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya
dapat meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas
penurunan berat badan. (Guyton.,2007)
Tingkat
pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh.
Pengeluaranenergi tergantung dari dua faktor: 1) tingkat aktivitas dan olahraga
secara umum; 2) angkametabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan
untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua factor tersebut
metabolism basal memiliki tanggung jawab duapertiga dari pengeluaran energy
orang normal. Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga pengeluaran
energy seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan
berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat
berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak
kalori yang hilang kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolism
basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunan metabolism
basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang
hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan kurang dapat
dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi
turunnya metabolism basal tubuh orang tersebut. Jadi
olahraga sangat penting dalam
penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur
berfungsinya metabolisme normal (Guyton, 2007).
c.
Perilaku makan
Factor
lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku makan
yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena
lingkungan dan social. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas
dinegara maju, sebeb lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah
psikologis, dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran
stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi
kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas. Hal ini disebabkan
karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru terutama meningkat pada
tahun-tahun pertamakehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak makin
besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak
cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti. (Guyton, 2007)
d.
Neurogenik
Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus dapat menyebabkanseekor
binatang makan secara berlebihan dan menjadi obesitas. Orang dengan tumor hipofisisyang
menginvasi hipotalamus seringkali mengalami obesitas yang progresif. Hal ini memperlihatkan
bahwa, obesitas pada manusia juga dapat timbul akibat kerusakan padahipotalamus.
Dua
bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus latera
(HL) yang menggerakan nafsu makan (awal atau pusat makan) dan hipotalamus
ventromedial (HVM) yang bertugas menintangi nafsu makan (pemberhentian atau
pusat kenyang). Dan hasil penilitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka
individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa
diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada
bagian HVM, maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan. Dibuktikan bahwa
lesi pada hipotalamus bagian ventromedial dapat menyebabkan seekor binatang
makan secara berlebihan dan obesitas serta terjadi perubahan yang nyata pada
neurotransmitter di hepotalamus berupa peningkatan oreksigenik seperti NPY dan penurunan
pembentukan zat anoreksigenik seperti laptin dan α- MSH pada hewan obesitas
yang dibatasi makanannya (Guyton,2007)
e.
Hormonal
Dari
segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin
adalah sitokinyang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang
bekerja melalui aktivasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan
mengakibatkan penurunan jumlah makanan yangdikonsumsi. Insulin adalah anabolik
hormon, insulin diketahui berhubungan langsung
dalam penyimpanan dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol
adalah glukokortikoid yang
bekerja dalam mobilisasi asamlemak yang tersimpan pada trigliserida,
hepatic glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn etal, 2005).
f.
Dampak penyakit lain
Factor
terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit lain. Penyakit-penyakit
yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism, cushing syndrome,
hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma dengan gangguan lain pada
hipotalamus. Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang
diregulasi baik oleh endokrin dan komponen neural. Berdasarkan anggapan
itu maka sedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada
berat badan (Flieretal,2005).
B. PATOFISIOLOGI OBESITAS
Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran
kaloridari tubuh serta penurunan aktifitas fisik (sedentary
life style) yang menyebabkan penumpukan lemak di sejumlah bagian
tubuh (Rosen,2008). Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrilan
nafsu makan dan tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan
humoral (neorohumoral) yang dipengaruhi oleh genetic nutrisi lingkungan dan
sinyal psikologis. Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus
melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian raa lapar dan kenyang
mempengaruhi laju pengeluaran energy dan regulasi sekresi hormone. Proses dalam
pengaturan penyimpanan energy ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferan (yang
berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal eferen dari perifer
(jaringan adipose, usus dan jaringan otot).
Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolic (meningkatkan rasa lapar
serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolic
(anoreksia, meningkatkan pengeluaran energy) dan dibagi menjadi 2 kategori,
yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan
dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktordistensi lambung dan peptide
gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam
peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormone
leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energy (Sherwood,
2012).
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan
adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran
darah. Kemudian, leptin merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar
menurunkan produksi Neuro Peptida Y (NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu
makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dariasupan
energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic
center dihipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian
besar penderitaobesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar
leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan (Jeffrey, 2009).
C. PENATALAKSANAAN
a.
Merubah gaya hidup
Diawali dengan merubah kebiasaan makan. Mengendalikan kebiasaan
ngemil dan makan bukan karena lapar tetapi karena ingin menikmati
makanan dan meningkatkan aktifitas fisik padakegiatan sehari-hari.
Meluangkan waktu berolahraga secara teratur sehingga pengeluaran kaloriakan
meningkat dan jaringan lemak akan dioksidasi (Sugondo,2008).
b.
Terapi Diet
Mengatur asupan makanan agar tidak mengkonsumsi makanan dengan
jumlah kalori yang berlebih, dapat dilakukan dengan diet yang terprogram secara
benar. Diet rendah kalori dapat dilakukan dengan mengurangi nasi
dan makanan berlemak, serta mengkonsumsi makanan yang cukup memberikan
rasa kenyang tetapi tidak menggemukkan karena jumlah kalori sedikit, misalnya
dengan menu yang mengandung serat tinggi seperti sayur dan buah yang tidak
terlalu manis (Sugondo,2008).
c.
Aktifitas Fisik
Peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen penting dari
program penurunan berat badan, walaupun aktifitas fisik tidak menyebabkan penurunan
berat badan lebih banyak dalam jangka waktu enam bulan.
Untuk penderita obesitas, terapi harus dimulaisecara perlahan, dan intensitas
sebaiknya ditingkatkan secara bertahap. Penderita obesitas
dapat memulai aktifitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka
waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit
dengan jangka waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama
45 menit dengan jangka waktu 5 kaliseminggu (Sugondo, 2008).
d.
Terapi perilaku
Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya
diperlukan suatu strategi untuk mengatasi hambatan yaBng muncul pada saat
terapi diet dan aktifitas fisik. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan
mandiri terhadap kebiasaan makan danaktifitas fisik, manajemen stress, stimulus
control, pemecahan masalah, contigency management, cognitive restructuring dan
dukungan sosial (Sugondo,2008).
e.
Farmakoterapi
Farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam program
manajemen berat badan. Sirbutramine dan orlistat merupakan obat-obatan
penurun berat badan yang telah disetujui untuk penggunaan jangka panjang.
Sirbutramine ditambah diet rendah kalori dan aktifitas fisikefektif menurunkan
berat badan dan mempertahankannya. Orlistat menghambat absorpsi lemak sebanyak
30 persen. Dengan pemberian orlistat, dibutuhkan penggantian vitamin larut
lemak karena terjadi malabsorpsi parsial (sugondo,2008)
DAFTAR PUSTAKA
Ayu,
R., & Sartika, D. (2011). FAKTOR RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-15 TAHUN DIINDONESIA,
15(1), 37 – 43.
Hariyanto,
D., Madiyono, B., Sjarif, D. R., & Sastroasmoro, S. (2009). Hubungan
Ketebalan TunikaIntima Media Arteri Carotis dengan Obesitas pada Remaja, 11 (3).
https://www.academia.edu/37091707/MAKALAH_DAN_KONSEP_ASUHAN_KEPERAWATAN_OBESITAS_PADA_ANAK
DI AKSES PADA TANGGAL 03 NOVEMBER 2019